Pada tahapan menuju dewasa biasanya remaja di hadapkan oleh suatu masalah yaitu tentang Percintaan anak remaja, yang memberi pengaruh buruk bagi kehidupan masa depan nanti. Percintaan pada remaja terkait dengan perkembangan minat seks dan perilaku seksual, Berikut:
- Pada remaja mengalami perkembangan heteroseksualitas yang ditandai dengan pembentukan hubungan baru dan lebih matang dengan lawan jenis.
- . Pola heteroseksualitas yang baru mengarah pada usaha meninggalkan pola tradisional.
- Mulai menunjukkan sikap baru terhadap perilaku seksual, yaitu berciuman, kemudian bercumbu ringan, bercumbu berat, dan akhirnya "Bersenggama".
a. Perkembangan percintaan
Perkembangan percintaan remaja mengalami lima tahapan, yaitu :
(1) Crush, sebagai tahapan awal yang ditandai dengan kebencian atau saling membenci antara laki-laki dan wanita. Perasaan cinta mereka disalurkan pada orang yang lebih tua pada jenis yang sama dalam bentuk pemujaan
(2) Hero-Worshipping seperti pada crush namun pemujaan diajukan pada jenis yang berbeda
(3) Boy crazy and girl crazy (crazy = nakal-red), ditunjukkan dengan kasih sayang yang ditunjukkan kepada teman sebaya pada umumnya dan jenis yang berbeda, bahkan kadang-kadang tidak hanya pada satu orang
(4) Puppy love, cinta remaja biasanya ditujukan kepada satu orang saja, tetapi sifatnya tidak stabil, masih berpindah-pindah
(5) Romantic love, remaja telah menemukan sasaran cinta yan tepat pada jenis lain yang lebih stabil, dan tidak jarang berakhir dengan perkawinan.
b. Hubungan Percintaan antara remaja pria dan wanita
Hubungan percintaan antara remaja pria dan wanita terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
(1) Tahap eksplorasi sebagai tahap penjajagan masalah-masalah yang berhubungan dengan pujian, penghargaan, dan keuangan
(2) Tahap penawaran, sebagai tahap di mana remaja putra dan wanita menjalin berbagai janji. Tidak ada ketentuan formal dalam perjanjian ini, tetapi yang muncul dan dianggap penting adalah saling pengertian tentang latar belakang hubungan mereka
(3) Tahap Komitmen, yang ditandai dengan saling ketergantungan di antara remaja pria dan wanita.
(4) Tahap Institusional, yang ditandai kesepakatan-kesepakatan untuk hidup bersama di masa depan. Hal ini juga ditandai oleh pemahaman satu dengan yang lain, termasuk pihak lain yang menyaksikan hubungan tersebut.
c. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja jatuh cinta:
Faktor kepribadian fizikal, budaya, latar belakang, kemampuan. Seperti misalnya di lingkungan budaya Jawa ada beberapa pertimbangan dalam memilih calon pasangan hidup yaitu segi bibit (keturunan), bebed (status sosial keluarga), dan bobot (status sosial ekonomi/kekayaan keluarga), atau sama halnya wanita yang suka ketenaran/memilih pasangan yang mapan dan banyak uang.
kesimpulan
-remaja dan ibubapa perlu mengetahui keadaan psikologis remaja agar dapat membekali remaja agar tidak salah langkah dan bertindak, karena bila sekali salah bertindak akan dapat mengganggu proses perkembangannya baik fizikal maupun mental sampai dewasa mengingat bahwa remaja suka dengan tantangan tetapi kurang memikirkan akibatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar